Sabtu, 12 Oktober 2013

Kegiatan Jum'at Bersih & Sehat

 الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ
“Kebersihan adalah sebagian dari (cabang) keimanan.” (H.R Muslim no: 223)
Yang dikehendaki dengan keimanan, menurut ath-Thaibi dalam hadits di atas adalah ‘cabang keimanan’. Dari jumlah cabang iman yang begitu banyak, bersuci adalah salah satunya. Pemahaman ath-Thaibi didasarkan pada sebuah hadits yang menaytakan “Keimanan itu berjumlah lebih dari tujuh puluh cabang”. Lebih jelasnya, at-Thaibi menuturkan, kebersihan lahir merupakan tanda akan kebersihan batin. Kondisi yang tampak (lahir) merupakan cerminan dari yang tidak tampak (batin). Jika membersihkan anggota lahir dapat mensucikan dari najis dan hadats, begitu pula kebersihan batin (dengan cara bertaubat) akan dapat menghantarkan pada kekuatan Iman kepada Allah. Karena alas an inilah, Allah merangkai taubat dengan kebersihan dalam Firman-Nya:
إن الله يحب التوابين ويحب المتطهرين (البقرة: 222)
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dang menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (Q.S Al-Baqarah: 222)







Al-Ghazali memaparkan empat tingkatan dalam kebersihan. Yang pertama adalah kebersihan anggota lahir dari hadats dan kotoran-kotoran. Tingkat pertama ini adalah batas minimal yang harus dimiliki oleh setiap orang yang akan mengerjakan ibadah shalat. Tingkat kedua adalah kebersihan anggota tubuh dari dosa dan kejahatan. Ketiga, kebersihan hati dari akhlak tercela dan sifat-sifat yang dimurkai. Dan keempat, kebersihan sir (hati) dari selai Allah.
Keempatnya dianggap sama pentingnya dalam ajaran agama Islam. Namun demikian, dalam pandangan al-Ghazali dan para tasawwuf lainnya, tingkat keempat ini merupakan puncak dari berbagai tingkatan kebersihan yang ada di dalam Islam. Kebersihan hati sangatlah penting. Karena dengan hati yang bersih seseorang akan mudah tergerak untuk melakukan kebaikan. Oleh karena itu, kebersihan hati merupakan dasar segala perbuatan baik yang paling harus menjadi prioritas. Wallahu A’lam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar